Wednesday, July 13, 2016

Asuhan Keperawatan Campak (Morbili) Nanda NIc Noc



LAPORAN PENDAHULUAN                 
CAMPAK


A.  LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
1.      Defenisi
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2013). Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO, 2009).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2010)
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit campak berat.



2. Etiologi
            Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan droplet infeksi. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
            Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat, apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 – 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit.           Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8°C; 35,6-46,4°F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang.

3. Cara Penularan Penyakit Campak
      Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya reservoir penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing dan di dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan. Penularan dapat terjadi antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.  

4. Patofisiologi
            Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
            Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.
            Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit

5. Manifestasi Klinis
            Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1)      Stadium kataral (prodormal)
      Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2)      Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3)              Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

6.      Komplikasi
a.      Otitis media akut
b.      Pneumonia / bronkopneumoni
c.       Encefalitis
d.      Bronkiolitis
e.       Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

7. Pemeriksaan Diagnostik
            Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.
            Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

9.      Penatalaksanaan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetik :
a.      Pemberian vitamin A
b.      Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
c.       Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
d.      Pemberian obat batuk dan sedativum

Penatalaksanaan Keperawatan :
a.    Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
b.    Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c.    Gangguan rasa aman nyaman
       Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d.   Resiko terjadinya komplikasi
       Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya





























B.  ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1.      PENGKAJIAN
a.      identitas penderita
Biasanya Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis DLL.
b.      Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96). Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213). Biasanya Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
d.      Riwayat kesehatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96). Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)
f.       Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
g.      Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi 
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %

h.      Pengkajian Fungsional Gordon
Pola-pola fungsional kesehatan Gordon :
·         Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan, menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
·         Pola metabolik – Nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
·         Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
·         Pola aktivitas – olahraga, menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
·         Pola tidur – istirahat, menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
·         Pola persepsi – kognitif, menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
·         Pola persepsi diri – konsep diri, menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
·         Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
·         Pola reproduksi – seksualitas, menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas : termasuk status reproduksi wanita.
·         Pola koping – toleransi stres, menggambarkan pola koping umum dan keefektifan keterampilan koping dalam mentoleransi stres.
·         Pola nilai – kepercayaan, menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup. 
(Potter, 1996 : 16)

3.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Potter, 2005 : 159)
a.        Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.

b.      Kepala dan leher
-     Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
-     Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,

c.       Mulut
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.

d.      Toraks
-      Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
-      Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.

e.        Abdomen
-     Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
-     Auskultasi
Bising usus.

-     Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
f.        Kulit
-      Inspeksi :Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
-     Palpasi : Turgor kulit menurun



































C.    ASUHAN KEPERAWATAN

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Resiko penyebaran infeksi b/d organisme purulen

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :
·         Prosedur Infasif
·         Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
·         Trauma
·         Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
·         Ruptur membran amnion
·         Agen farmasi (imunosupresan)
·         Malnutrisi
·         Peningkatan paparan lingkungan patogen
·         Imonusupresi
·         Ketidakadekuatan imum buatan
·         Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
·         Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
·         Penyakit kronik
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil:
-       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
-       Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
-       Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksI
-       Jumlah leukosit dalam batas normal
-       Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
-       Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-       Pertahankan teknik isolasi
-       Batasi pengunjung bila perlu
-       Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
-       Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-       Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
-       Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
-       Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-        Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
-       Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
-       Tingktkan intake nutrisi
-       Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
-       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
-       Monitor hitung granulosit, WBC
-       Monitor kerentanan terhadap infeksi
-        Batasi pengunjung
-       Saring pengunjung terhadap penyakit menular
-       Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
-       Pertahankan teknik isolasi k/p
-       Berikan perawatan kuliat pada area epidema
-       Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
-       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
-       Dorong masukkan nutrisi yang cukup
-       Dorong masukan cairan
-       Dorong istirahat
-       Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
-       Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
-       Ajarkan cara menghindari infeksi
-       Laporkan kecurigaan infeksi
-       Laporkan kultur positif
2
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret.

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

·         Batasan Karakteristik: Dispneu, Penurunan suara nafas
·         Orthopneu
·         Cyanosis
·         ]Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
·         Kesulitan berbicara
·         Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
·         Mata melebar
·         Produksi sputum
·         Gelisah
·         Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:
-         Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
-         Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.
-         Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency

Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC
Airway suction
-       Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
-       Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
-       Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
-       Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
-       Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
-       Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
-       Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
-       Monitor status oksigen pasien
-       Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
-       Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
-       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-       Pasang mayo bila perlu
-       Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-       Lakukan suction pada mayo
-       Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
-       Berikan pelembab udara
3
Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunitas
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
v  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
v  Tidak ada luka/lesi pada kulit
v  Perfusi jaringan baik
v  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
v  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NIC : Pressure Management
-  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
-  Hindari kerutan padaa tempat tidur
-  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
-  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
-  Monitor kulit akan adanya kemerahan
-  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
-  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
-  Monitor status nutrisi pasien



























DAFTAR PUSTAKA


Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed.). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta. 2008;109-121.

Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi 2. EGC. Jakarta. 2008;4;79-87.
Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu  Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.

Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Ana, Boma. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Campak. http://bommaannha.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-campak.html (Diakses 20 September 2015)

Rasyid, Abu. 2013. Askep Anak Dengan Morbili. http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2013/02/askep-anak-dengan-morbili.html (Diakses 20 September 2015)

No comments:

Post a Comment

Cegah Pneumonia dengan Edukasi Keluarga

  Oleh: Dwi Anggraini      Setiap anak adalah buah cinta dan harapan bagi orangtuanya. Kehadirannya tidak hanya pertanda keberkahan, tapi ...