A.
Pengertian
Demam berdarah
dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus
yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai
tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
Demam
berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty)
(Ngastiyah, 2005).
Dengue
Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia (Rohim, 2004).
Demam dengue
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus flavi virus merupakam
virus dengan diameter 30nm. Terdapat 4 serotipe virus yaitu den 1, den 2, den
3, den 4 yang semua dapat menyebabkan DHF. Ke-4 serotipe ditemukan di Indonesia
dengan den 3 merupakan serotype terbanyak (Sudoyo, 2006).
B. Etiologi
Penyebab
DengueHemmorhagic Fever(DHF) dinamakan virus dengue tipe 1, tipe 2, tipe 3,tipe
4. Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan anti body seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
lain.Virus dengue terutama di tularkan melalui vektor nyamuk aedes
aegypti.nyamuk aedes albopictus, aedes poly nesiensis, dan beberapa spesies
lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh indonesia
kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut (Sumarmo, 2005).
Virus dengue termasuk Flavivirus
secara serologi terdapat 4 tipe yaitu tipe1, tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3
macam arbovirus Chikungunya dari genus Togavirus dan West Nile Fever dari genus
Flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirip DB (Widagdo,
2011).
A.
Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit
bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan pengelolaan dan prognosis, WHO
(2010) membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu
:
1.
Derajat I
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif
2.
Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.
3.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan
darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
4.
Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
B. Patofisiologi
Virus Dengue
masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang
ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain
seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu
makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu
kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin,
histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari
intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma
akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan
tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu
sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti
body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.
Akibat lain
dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang
sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai
pada perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma
merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada
pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka
akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi
lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada
hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit <
100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi
seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai
perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal (Rampengan, 1997).
Virus dengue
masuk ke dalam tubuh kemudian akan beraksi dengan antibody dan terbentukalah
kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen,
akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya pemeabilitas dinding pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas
dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok)
(Suriadi, 2010).
C. Manifestasi
Klinis
Kasus DHF di
tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak yang dapat
mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan kejang demam, sakit
kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric, discomfort, nyeri
perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan, terutama perdarahan
kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu, perdarahan
kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan spontan
mulai dari ptechiae (muncul pada hari- hari pertama demam dan berlangsung
selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang
terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau
setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub
konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada masa konvalisen sering kali di
temukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali
pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak
sejajar dengan beratanya penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa
ikterus maupun kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam,
2005).
Tanda dan
gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi
antara 13-15 hari menurut WHO (2010) sebagai berikut
1.
Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2.
Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji
tourniquet positif, seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis.
Epistaksis, Hematemesis, Hematuri, dan melena)
3.
Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan
sakit)
4.
Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai
tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan
diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mul
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
a.
Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek,
sakit waktu menelan.
b.
Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi
c.
Keluhan sistem
tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
d.
Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah
thrombocytopenia (kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)
D. Komplikasi
Dalam
penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan menimbulkan
komplikasi adalah sebagai berikut :
1.
Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan
adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000
/mm³ dan koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.
Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2.
Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya
terjadi sesudah hari ke 2 –7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga
pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan
kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur,
perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3.
Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan
perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi
pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan
limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
kompleks virus antibody.
E. Penatalaksanaan
1.
Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF
bersifat simtomatis dan suportif
a.
DHF tanpa renjatan
Demam
tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pada
pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam.
Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan
orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang
resiko terjadi perdarahan.
Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi
kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15
menit kejang belum berhenti lminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak
diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan
adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila
:
a)
Pasien terus - menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b)
Hematokrit yang cenderung meningkat. Hematokrit
mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului mnculnya secara klinik
perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya
nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada
pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap
hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit
itlah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
c)
DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera
sipasang infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Caiaran yang diberikan bisanya Ringer
Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan
infs harus diguyur dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah
teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadibesar, tekanan sistolik 80
mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran
plasma 24-48 jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi
walaupn tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu
dipasang CVP (Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
2.
Keperawatan
Masalah
pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko
terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a.
Kegagalan sirkulasi darah
Dengan
adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan ekstrovaskular,
yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien
menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.
Pengawasan
tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara kontinyu,
bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan
dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak. Bila
dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi dokter.
b.
Resiko terjadi pendarahan
Adanya
thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus
gastrointestinal. Pendarahan grasto intestinal didahului oleh adanya rasa sakit
perut yang hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim, dkk.1966).
Bila
pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena melihat
seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum
pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infuse segera
dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.
Perawatan
selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan
(melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya
pendarahan.
Pasien yang
mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu
mengeluarkan darah dari lambung.
c.
Gangguan suhu tubuh
Gangguan
suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2-ke-7 dan tidak
jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan
suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian
antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah
agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan,
bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga
tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala
renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu
dokter.
d.
Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan
rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat tindakan
selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah
Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk
megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang yakinkan dahulu vena
baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum segera oleskan trombophub gel /
kompres dengan alkohol.
Bila
pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi
coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. jika
sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang
telah steril.
H. WOC
v Wawancara
1.
Identitas
pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering
menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2.
Keluhan
utama
Alasan atau keluhan yang menonjol
pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
1.
Riwayat
penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas
mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis.
Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis
2.
Riwayat
penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah
diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type
virus yang lain.
3.
Riwayat
imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang
baik, maka kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
4.
Riwayat
gizi
Status gizi anak yang menderita DHF
dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
5.
Kondisi
lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat
penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan
gantungan baju yang di kamar).
6.
Pola
kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi,
jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena
v Pemeriksaan
Fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak
adalah :
a)
Kesadaran
: Apatis
b)
Vital
sign : TD : 110/70 mmHg
c)
Kepala : Bentuk mesochepal
d)
Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, mata anemis
e)
Telinga
: simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f)
Hidung
: ada perdarahan hidung / epsitaksis
g)
Mulut
: mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga
mulut, terjadi perdarahan gusi.
h)
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
i)
Dada
-
Inspeksi
: simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
-
Auskultasi
: tidak ada bunyi tambahan
-
Perkusi : Sonor
-
Palpasi : taktil fremitus normal
j)
Abdomen
:
-
Inspeksi
: bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
-
Auskultasi
: bising usus 8x/menit
-
Perkusi
: tympani
-
Palpasi
: turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
k)
Ekstrimitas
: sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l)
Genetalia
: bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
-
Sistem
integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor
kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab. Kuku sianosis atau tidak.
v Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah :
a)
Uji rumple leed / tourniquet positif
b)
Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia,
hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c)
Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d)
Serologi
Dikenal beberapa
jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue
antara lain : uji IgG Elisa dan uji Ig M Elisa
e)
Identifikasi virus
Identifikasi virus
dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test secara langsung atau tidak
langsung dengan menggunakan conjugate
J. Analisa Data
No.
|
Data
|
Patofisiologi
|
Masalah
|
1
|
Ds:
-
Klien/keluarga mengatakan suhu tubuh meningkat dan
terasa panas
Do:
-
Peningkatan suhu tubuh >36,5o
-
Tubuh teraba panas
-
Kulit kemerahan
|
Invasi
virus melalui gigitan nyamuk
Beredar
dalam aliran darah
Mengkativasi
sistem kompemen
Mengganggu
hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi irus
|
2
|
Ds:
-
Keluarga/klien mengatakan klien lemah & Pucat
Do:
-
Klien tampak pucat
-
Penurunan turgor kulit
-
Membran mukosa kering
-
Peningkatan frekuensi nadi
|
invasi
virus ke dalam aliran darah
Permeabilitas
membran meningkat
Renjatan
hipovolemik dan hipotensi
Kebocoran
plasma
Ekstravarsi
cairan seluler
|
Kekurangan
volume cairan b.d perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler
|
3
|
Ds:
-
Keluarga/Klien mengatakan merasa mual dan muntah
-
Klien tidak nafsu makan
Do:
-
Klien tampak lemah
-
Muntah
-
Tidak menghabiskan porsi makan
-
Penurunan berat badan
|
Invasi
virus
Viremia
Stimulasi
RES
Hepatomegali
Meendesak
rongga abdomen
Mual
muntah
Nafsu
makan menurun
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
K. Rencana Asuhan Keperawatan
No.
|
Diagnosa
(NANDA)
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Hipertermi
Definisi :suhu tubuh
meningkat melebihi batas normal
Batasan karakteristik:
|
Thermoregulation:
|
1) Fever treatment
Aktivitas
·
Monitor suhu sesering mungkin.
·
Monitor warna dan suhu kulit.
·
Monitor nadi dan RR.
·
Lakukan tapid sponge.
·
Berikan cairan intravena.
·
Tingkatkan sirkulasi udara.
·
Kolaborasikan pemberian antipiretik.
·
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.
2) Monitor TTV
Aktivitas
|
2
|
Kekurangan
Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Secara Aktif
Definisi : penurunan cairan Intravaskuler, Interstisial, dan atau Intrasel.
Diagnosis ini mengacu pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja
tanpa perubahan dalam natrium.
Batasan Karakteristik :
·
Perubahan status mental
·
Penurunan tekanan darah
·
Penurunan volume/ tekanan
nadi
·
Penurunan turgor kulit/
lidah
·
Pengisian vena menurun
·
Membran mukosa/ kulit
kering
·
Peningkatan hematokrit meninggi
·
Peningkatan denyut nadi
·
Konsentrasi urine
meningkat
·
Kehilangan berat badan
seketika
·
Kehausan
·
Kelemahan
|
a)
Keseimbangan
cairan
Defenisi : keseimbangan cairan di
intraselluler dan ekstraselluler di dalam tubuh
Indikator
:
· Tekanan darah
dalam batas normal
· Keseimbangan
intake dan output selama 24 jam
· Turgor kulit
baik
· Membran mukosa
lembab
· Hematokrit
dalam batas normal
b)
Hidrasi
Definisi :
kecukupan cairan di intraselluler dan ekstraselluler di dalam tubuh
Indikator :
· Turgor kulit baik
· Membran mukosa lembab
· Intake cairan dalam batas normal
· Pengeluaran Urin dalam batas normal
|
1)
Manajemen Cairan
Aktivitas :
·
Mempertahankan
keakuratan catatan intake dan output
·
Memonitor
status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
·
Memonitor
vital sign
·
Memonitor
hasil labor yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Ht, osmolalitas urin)
·
Memonitor masukan makanan/
cairan dan hitung intake kalori harian
·
Berkolaborasi untuk
pemberian cairan IV
2) Monitor Cairan
Aktivitas :
· Menentukan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan
(polyuria, muntah, hipertermi)
· Memonitor intake
dan output
·
Memonitor serum dan jumlah elektrolit dalam urin
·
Memonitor serum albumin dan jumlah protein total
· Memonitor serum dan osmolaritas urin
· Mempertahankan
keakuratan catatan intake dan output
· Memonitor warna, jumlah dan berat jenis urin.
3)
Terapi Intravena
Aktivitas :
· Periksa tipe, jumlah, expire date, karakter dari cairan
dan kerusakan botol
· Tentukan dan persiapkan pompa infuse IV
· Hubungkan botol
dengan selang yang tepat
· Atur cairan IV sesuai suhu ruangan
· Kenali apakah pasien sedang penjalani pengobatan lain
yang bertentangan dengan pengobatan ini
· Atur pemberian IV, sesuai resep, dan pantau hasilnya
· Pantau jumlah tetes IV dan tempat infus intravena
· Pantau terjadinya kelebihan cairan dan reaksi yang
timbul
· Pantau kepatenan IV sebelum pemberian medikasi
intravena
· Ganti kanula IV, apparatus,
dan infusate setiap 48 jam, tergantung pada protocol
· Perhatikan
adanya kemacetan aliran
· Periksa IV
secara teratur
· Pantau
tanda-tanda vital
· Batas kalium intravena adalah 20 meq per jam atau 200
meq per 24 jam
· Catat intake
dan output
· Pantau tanda dan gejala yang berhubungan dengan infusion phlebitis dan infeksi lokal
|
3
|
Ketidakseimbangan
Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan Untuk
Mengabsorbsi Nutrisi
Definisi
: intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan proses metabolik.
Batasan
Karakteristik :
|
1)
Status nutrisi
Defenisi :
sejauh mana tingkat nutrisi yang tersedia untuk dapat memenuhi kebutuhan proses metabolik.
Indikator
:
2) Status nutrisi :
asupan makanan dan cairan
Definisi : jumlah makanan dan cairan dalam tubuh selama waktu 24 jam.
Indikator :
3) Status nutrisi :
intake nutrisi
Definisi :
intake nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi proses metabolic
Indikator :
· Intake kalori
dalam batas normal
·Intake protein
dalam batas normal
· Intake lemak
dalam batas normal
·Intake
karbohidrat dalam batas normal
·Intake serat
dalam batas normal
·Intake mineral
dalam batas normal
|
2)
Manajemen Nutrisi
Aktivitas :
·Mengkaji adanya pasien alergi terhadap makanan
·Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien
· Mengatur pola makan dan gaya hidup pasien
· Mengajarkan
pasien bagaimana pola makan sehari- hari yang sesuai dengan kebutuhan
· Memantau dan mencatat masukan kalori dan nutrisi
·Timbang berat badan pasien dengan interval yang
sesuai
·
Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya
· Membantu pasien untuk menerima program gizi yang
dibutuhkan
3)
Therapy nutrisi
Aktivitas :
·
Memantau makanan
dan minuman yang dimakan dan hitung intake kalori sehari yang sesuai
· Memantau
ketepatan anjuran diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehari- hariyang sesuai
·Berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
·Memberikan
makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan
·Memantau hasil
labor Memberikan
·Mengajari kepada keluarga dan pasien secara tertulis
contoh diet yang dianjurkan
4)
Monitor Gizi
Aktivitas :
·
Memantau berat badan pasien
·
Memantau turgor
kulit
·
Memantau mual dan
muntah
·
Memantau albumin,
total protein, Hb, hematokrit, dan elektrolit
· Memantau tingkat
energi, lemah, letih, rasa tidak enak
·Memantau apakah
konjungtiva pucat, kemerahan, atau kering
· Memantau intake
nutrisi dan kalori
|
Daftar
Pustaka
Sudoyo, Aru
W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Rohim,
Abdul. 2004. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta :
Salemba Medika.
Soedarmo,
Soemarmo Sunaryo Poorwo. 2005. Demam Berdarah Pada Anak. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Widagdo.
2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto.
Widagdo.
2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta: Sagung Seto.
Suriadi,
dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto