Friday, November 27, 2020

Cegah Pneumonia dengan Edukasi Keluarga

 

Oleh: Dwi Anggraini

    Setiap anak adalah buah cinta dan harapan bagi orangtuanya. Kehadirannya tidak hanya pertanda keberkahan, tapi juga kebahagian. Oleh karena itu, menjadi wajar jika setiap orang tua akan memberikan hal yang terbaik kepada anaknya sejak di dalam kandungan sampai sang anak tumbuh dewasa. 

    Kasih sayang orang tua yang begitu besar, tentu membuatnya sangat peduli dengan kesehatan anaknya. Namun, tidak semua orang tua paham cara untuk menjaga anak dari berbagai macam jenis penyakit. Salah satu penyakit yang paling berbahaya bagi anak adalah Pneumonia atau sering disebut paru-paru basah.

    Pneumonia merupakan sebuah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, paparan bahan kimia dan kerusakan fisik paru. Pneumonia sendiri dapat menyebabkan alveoli atau kantong udara pada paru-paru berisi cairan atau nanah sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas dan tubuh kekurangan oksigen akibatnya sel-sel tidak  dapat bekerja dengan baik.


Sumber: https://www.kidshealth.org.nz/pneumonia

   Pneumonia sendiri tercatat sebagai penyebab kematian anak terbesar di dunia, dengan angka kematian 1,4 juta balita setiap tahunnya. Setiap 1 menit ada 2 balita meninggal dunia atau 2500 kasus meninggal dunia perharinya. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bahkan menyebut bahwa 1 dari 5 kematian balita di Indonesia disebabkan oleh Pneumonia. Angka ini tentu sangat mengkhawatirkan.

 Dalam kasus Pneumonia, gejala yang timbul pada penderita yakni berupa batuk berdahak dengan warna dahak putih, kekuningan atau kehijauan, respon dari paru yang tidak mengembang dengan baik akibat penumpukan cairan dapat berupa nafas cepat, sesak dengan tarikan dinding dada bawah terlihat cekung, dan disertai demam. Pneumonia berat dapat ditandai dengan anak sangat sulit bernafas, tidak bisa menyusu dan makan seperti biasa, cenderung memuntahkan makanan, kejang, selain itu dapat juga terjadi sianosis atau kebiruan terutama pada bibir dan ujung kuku yang dapat meningkatkan resiko kematian.

   Pneumonia dapat menular melalui droplet orang yang terinfeksi ketika bersin atau batuk. Organisasi kesehatan dunia atau WHO menyebut bahwa salah satu faktor terjadinya pneumonia pada anak adalah karena sistem pertahanan tubuh anak yang belum sempurna. Anak dengan usia 0-24 bulan lebih rentan mengalami Pneumonia dibanding anak yang berusia 2 tahun keatas. Faktor lain penyebab Pneumonia adalah lingkungan padat penduduk, kurangnya kesadaran orangtua dalam menjaga kebersihan, pemberian ASI kurang dari 6 bulan, malnutrisi pada anak, penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung bawaan, serta kelahiran prematur. Polusi udara dalam rumah akibat memasak dengan bahan bakar padat seperti kayu bakar atau arang dan kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya Pneumonia.

   Pada sebagian kasus pneumonia berat, penderita kerap terlambat mendapatkan pertolongan medis, akibat dari kurangnya pengetahuan orangtua. Kebanyakan orangtua beranggapan gejala seperti batuk berdahak dan demam pada anak hanya penyakit biasa, padahal kondisi ini juga merupakan gejala awal pneumonia yang sulit dibedakan dengan ISPA. Gejala spesifik Pneumonia dibandingkan dengan ISPA yang harus diketahui orangtua adalah demam berulang yang berlangsung lama, anak rewel terlihat lesu berkepanjangan, nafas anak terlihat cepat dengan hitungan untuk usia <2 bulan 60x/menit, 2 bulan -<12 bulan 50x atau lebih/menit dan usia 13-59 bulan 40x/menit atau lebih.

   Penting bagi orangtua yang memiliki bayi dan balita maupun para calon orangtua untuk mengetahui bahaya laten dari pneumonia karena sesungguhnya peran orang tua sangat besar dalam mencegah penyakit ini.

   Dalam mencegah pneumonia, beberapa hal ini patut menjadi perhatian bagi keluarga khususnya orang tua. Pertama, tanggap merespon gejala pneumonia. Selain penting untuk mengetahui Langkah dasar pencegahan pneumonia, orang tua juga wajib cepat tanggap untuk segera menuju fasilitas kesehatan terdekat jika ditemukan gejala pneumonia pada anak.

  Kedua, menjaga kebersihan dan kesehatan rumah. Membangun kebiasaan hidup bersih dan sehat adalah Langkah awal dalam mencegah pneumonia. Orangtua harus selalu memastikan kebersihan tangan terjaga sebelum kontak dengan anak. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pastikan juga bahwa sirkulasi udara di rumah dalam keadaan baik dan bebas polusi udara.  Selain itu jika memasak menggunakan bahan bakar seperti kayu atau arang, maka bukalah pintu dan jendela agar asap tidak mencemari ruangan lain. Hindari membawa anak di sekitar area dapur. Asap dari sisa bahan pembakaran tersebut mengandung berbagai zat yang dapat mempengaruhi kesehatan paru anak.

  Ketiga, menerapkan pola hidup sehat dengan memberikan anak makanan sehat dan bergizi. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan karena nutrisi baik dalam ASI mampu meningkatkan imunitas anak. Bagi orang tua yang merokok disarankan untuk segera berhenti atau menghindari paparan asap rokok terhadap anak. Jika terpapar asap rokok dari luar rumah harus mencuci tangan dan mengganti baju sebelum kontak dengan anak.

  Keempat, pastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap dengan vaksin utama seperti campak, rubella, DPT, HiB dan PVC, yang tersedia dipelayanan kesehatan seperti posyandu dan puskesmas terdekat.

  Menekan angka kasus pneumonia tidak dapat dilakukan tanpa edukasi dan peran serta dari keluarga bahkan masyarakat di sekitar anak. Pasalnya, mereka adalah orang yang paling tahu kondisi sang anak dan paling dapat melakukan pencegahan dan pengobatan secara langsung sebelum sang anak mendapatkan tindakan lebih lanjut oleh tenaga medis setempat.


 


Cegah Pneumonia dengan Edukasi Keluarga

  Oleh: Dwi Anggraini      Setiap anak adalah buah cinta dan harapan bagi orangtuanya. Kehadirannya tidak hanya pertanda keberkahan, tapi ...